Monday, November 16, 2009

Kembali lagi..


Rasa penasaran itupun berlanjut. Aku mengenal dirinya pertama kali seminggu setelah pertandingan basket itu, ia ku minta untuk mengisi diary kecilku. Diary yang digilir untuk diisi banyak orang dengan bolpen warna warni dan kau isi biodata dan opini mu, aku rasa kalian pasti familiar dengan itu. Semenjak itu aku menjadi dekat denganya, ia menyayangi ku seperti seorang adik. Melengkapi keinginanku untuk dimanja dan mempunyai seorang kakak, ntah sejak kapan aku memiliki keinginan itu, mungkin semenjak aku merasa kosong dan kesepian. Diriku yang lugu tidak mengetahui bahwa perhatian yang ia berikan melebihi batas normal teman maupun kakak atau adik angkat. Kami mulai bertemu setiap pagi di kantin sebelum masuk sekolah, ia sering kali telat tapi aku tetap menunggunya sampai detik-detik terakhir dimana aku harus benar-benar masuk kelas bahkan kadang-kadang aku memaksakan diri untuk minta ijin ke toilet atau terlambat masuk kelas demi bertemu dengan dirinya maupun sebentar saja. Bukan itu saja rutinitas yang kami lakukan, kami juga bertukar surat tiap hari. Surat-surat yang permulaanya hanya berisi perhatian dan kegiatan sehari-hari lalu mulai dibumbui dengan kata sayang dan pujian-pujian kecil. Ada beberapa surat darinya yang dilipat berbentuk kotak dan aku berusaha mempelajari lipatan itu untuk membalasnya, aku tidak mahir dalam hal itu. Aku minta tolong teman baiku, Alexa untuk membantuku mengajariku. Ia tahu bahwa aku dekat dengan perempuan itu tapi dia tidak tahu hubungan itu menjurus ke dunia terlarang, jangankan dia aku pun tak sadar dan tak tahu bahwa apa yang dilakukanya padaku itu tidak pantas dilakukan seorang kakak angkat pada adik angkatnya.

Hubungan kamipun terus bertahap, ia mengajaku untuk main kerumahnya begitu juga ia menawarkan dirinya untuk berkunjung kerumahku. Kami mengunci diri dikamar dan yang kami lakukan dipermulaan hanya bercanda-canda dan berbincang-bincang lalu dia mulai memeluku dan sekali-kali meciumku dipipi atau dikening. Aku menyukai perhatianya, sentuhanya, perasaan disayang yang luar biasa hangat dan nyaman dan aku mengira semua itu wajar saja dilakukan oleh seorang kakak angkat. Aku benar-benar mengira ia adalah seorang kakak angkat yang dikirim untuku dari Tuhan untuk menemaniku walaupun kami berdua tidak terikat hubungan darah apapun.

Kesenangan itupun mulai buyar dengan timbulnya masalah-masalah kecil yang pelan-pelan pun menjadi besar dan menelanmu hidup-hidup. Dimulai dari orang tua ku yang mulai mencium keanehan hubungan ku dengan perempuan itu dan menyuruhku untuk mulai menjauhinya tapi aku menolak dengan keras karena aku sangat sayang padanya dan menyukai perhatianya. Perempuan itu juga begitu religius sehingga aku tidak dapat melihat ada yang salah denganya. Berikutnya adalah pertemuanku dengan adik-adik angkat nya yang lainya, Fanya dan Vanessa. Aku cepat akrab dengan Fanya, lain denganku Fanya sepertinya hanya benar-benar diperlakukan sebagai adik angkatnya, Fanya bahkan tak tahu bahwa perempuan itu mungkin penyuka sesama jenis. Vanessa adalah adik angkat kesayangan perempuan itu, Fanya dan tentu saja diriku iri padanya. Masalah itupun berkembang sampai pada suatu hari perempuan itu terpaksa mengumpulkan kami semua di sebuah restauran jepang di bale air untuk meluruskan masalah itu. Dipertemuan itu ia membawa seorang perempuan yang jauh lebih tua darinya bernama Rania. Mereka berdua sangat mesra bahkan Rania sering kali menyuapkan makanan ke mulut perempuan itu. Lagu utada hikaru-first love terus diputar berulang-ulang selama pertemuan itu seakan-akan mengiringi kemesraan mereka. Target iri hatikupun berubah. Di titik ini ketika orang tuaku sudah menegurku berkali-kali tentang perempuan itu aku baru mulai mencurigai bahwa perempuan itu adalah lesbian.

Aku ingat dulu perempuan itu pernah bercerita tentang kehidupanya dulu di Melbourne sebelum pindah kembali ke Jakarta. Ia pernah menginap di rumah temanya dan ketika sedang tertidur teman perempuanya itu mencium dirinya dan ia langsung bangun dan pulang kerumahnya. Lalu beberapa saat kemudian temanya itu datang kepadanya dan berkonsultasi denganya lalu bertobat tapi mengapa aku meragukan akhir cerita itu sekarang.

Orang tuaku tak henti-hentinya melarangku, sehingga aku harus diam-diam jika ingin bertemu dengan perempuan itu namun kembali lagi pada diriku yang selalu menurut pada orang tua, pada akhirnya aku pun menjauhi dirinya. Ya diriku pun menyerah dan mulai menjauhi perempuan itu, perempuan pertama yang memacu perasaanku terhadap sesama jenis. Perempuan itu bernama Tara.

0 comments:

 
blog design by suckmylolly.com